Menyusuri Jalan Cahaya
Produk
|
Judul Buku : Menyusuri Jalan Cahaya
Penulis KH. Husein Muhammad
Berat Buku 300 gr
Jenis CoverSoft Cover
Esai-esai Kiai Husein dalam buku ini penuh dengan cinta. Ia tidak menohok dengan serangan tajam, namun mengingatkan dengan refleksi yang berbobot. Kiai Husein juga menghadirkan renugan-tak hanya umat muslim, namun juga lintas agama-tentang makna Islam yang ia pahami sebagai agama cinta; agama yang memberikan pencerahan, bukan menghentak kemarahan.
Buku ini akan menghantarkan kita memahami Islam yang berselimut keindahan, dan memancarkan pencerahan. Dalam renungannya, Islam merupakan agama pencerahan yang hendaknya dipahami dengan segala dinamika dan keanekaragaman tafsirnya, bukan mengekalkan pada tafsir tunggal yang berselubung kepentingan dunia dan hasrat kekuasaan.
Islam yang diajarkan dengan cinta, keindahan dan pencerahan inilah yang menjadi ruh buku ini.
Kata Pengantar Penulis : Saya selalu saja ingin mengatakan bahwa para utusan Tuhan dihadirkan untuk melepaskan, mengeluarkan dan membebaskan manusia dari situasi dunia gelap-pekat menuju dunia bercahaya, seperti di sebutkan Al-Qur’an : “Yukhrijuhum min al-Zhulmat ila al-Nur”. Ayat ini indah sekali. Ia menggunakan gaya bahasa metaforis. Gelap bukanlah ruang tanpa cahaya, bukan tanpa bintang, rembulan atau matahari. Sebab ketiganya terus beredar dan berpendar sepanjang masa, sejak diciptakan. Tetapi ia adalah ketakmengertian, ketaktahuan, ketakpahaman, bagai berada dalam ruang tanpa cahaya. Manusia dalam ruang gelap tak bisa melihat apa-apa, berjalan serba meraba-raba, dan tak tahu, tak mengerti dan tak paham apa, mengapa dan bagaimana segala yang ada di sekitarnya. Boleh jadi, oleh karena itu, mereka tersesat dan terperosok ke dalam tanah yang dalam, lembah curam dan kotor. Dalam situasi dunia manusia seperti ini Tuhan selalu menurunkan Kasih-Nya. Dia menurunkan “cahaya”. Ia, dalam ayat ini, bukanlah matahari atau rembulan ketika purnama. Ia adalah Ilmu dan pengetahuan tentang kebenaran, kebaikan dan keindahan.
Sangatlah mencengangkan, ketika Tuhan, melalui Jibril, pada Ramadan, meminta Muhammad putra satu-satunya Aminah dan Abdullah, untuk membaca: “Iqra”, meski Nabi tak bisa membaca dan menulis. Bahkan ketika perintah membaca itu disampaikan kepada Jibril, Malaikat ini tak membawa catatan apapun. Tetapi membaca adalah memahami atau mengerti sesuatu. Ia adalah fondasi utama peradaban manusia. Tuhan, karena cintanya yang penuh dan meruah, telah menciptakan segala-gala yang diperlukan bagi kehidupan manusia. Ya, siapa saja yang disebut manusia. Tetapi segala hal itu adalah benda-benda mati yang tidak bicara sendiri. Segalanya adalah simbol yang dalam dirinya mengandung makna-makna yang berguna bagi manusia. Tuhan tak mungkin menciptanya sia-sia, tanpa makna. Maka ia harus dipahami dan dimengerti. Ketika manusia-manusia hadir, mengada, berelasi, dan mengarungi hidup bersama, maka satu atas yang lain haruslah saling mengenal, mengerti dan memahami. Mengenal tidak sekedar mengetahui nama, alamat dan asal-usul keturunannya, warna mata, atau tempat tinggal dan pekerjaannya, tetapi lebih dari itu adalah mengerti bahwa “aku adalah kau, dan kau adalah aku serta saling memberi makna”. Apa yang ada di dalam diriku juga ada dalam dirimu. Apa yang aku rasakan adalah yang engkau rasakan. “Aku adalah cerminmu”. Demikian sebaliknya : “engkau adalah ceminku”. Bila engkau menderia aku juga menderita, bila engkau ceria, aku juga sumringah. Orang yang tak mengenal dan tak paham acap dan mudah marah. Sebuah kata bijak menyebut : “al-Insan A’da-u ma Jahilu”, manusia membenci liyan, karena ia tidak mengerti dan tak paham”. Maka para nabi, utusan Tuhan dan para bijak-bestari, tak ingin membalasnya ketika mereka dilukai. Mereka justeru selalu mendoakan : “Tuhan, ampuni mereka, karena mereka tidak mengerti”. Betapa agung dan mulianya mereka. (Pengantar Penulis buku “Menyusuri Jalan Cahaya”).
Cirebon, 15-07-13
TENTANG PENULIS
K.H. Husein Muhammad, lahir di Cirebon, 9 Mei 1953. Setelah menyelesaikan pendidikan di Pesantren Lirboyo, Kediri, pada 1973, ia melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ) Jakarta. Tamat pada 1980. Kemudian melanjutkan belajar ke Al-Azhar, Kairo, Mesir. Di tempat ini, ia mengaji secara individual pada sejumlah ulama Al-Azhar. Kemudian, ke Indonesia pada 1983 dan menjadi salah seorang pengasuh Pondok Pesantren Dar al-Tauhid, yang didirikan kakeknya pada 1933 sampai sekarang. Pada 2001, ia mendirikan sejumlah lembaga swadaya masyarakat untuk isu-isu hak-hak perempuan, antara lain Rahima, Puan Amal Hayati, Fahmina Institute. Sejak 2007 sampai sekarang menjadi Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, sebuah lembaga negara non-kementerian. Pada 2008, ia mendirikan Perguruan Tinggi Institute Studi Islam Fahmina di Cirebon. Aktif dalam berbagai kegiatan diskusi, halaqah, dan seminar keislaman, khususnya terkait dengan isu-isu Perempuan dan Pluralisme, baik di dalam maupun di luar negeri. Suami Lilik Nihayah Fuadi dengan 5 orang anak ini aktif menulis di sejumlah media massa, menulis dan menerjemahkan buku. Ada sekitar 10 buku karya yang dihasilkannya. Salah satu bukunya yang banyak digunakan sebagai referensi aktivis perempuan adalah Fiqh Perempuan: Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender. Karyanya yang lain adalah Islam Agama Ramah Perempuan; Ijtihad Kiai Husein: Upaya Membangun Keadilan Gender; Modul Kursus Islam dan Gender: Dawrah Fiqh Perempuan; Fiqh Seksualitas: Risalah Islam untuk Pemenuhan Hak-Hak Seksualitas; Fiqh HIV&AIDS: Pedulikah Kita?; Mengaji Pluralisme kepada Mahaguru Pencerahan; Sang Zahid: Mengarungi Sufisme Gus Dur; dan lain-lain.
Ia menerima award (penghargaan)dari Pemerintah AS untuk "Heroes To End Modern-Day Slavery", pada 2006. Namanya juga tercatat dalam "The 500 Most Influential Muslims" yang diterbitkan oleh The Royal Islamic Strategic Studies Center, pada 2010, 2011�2012.
Alamat Toko : Ruko pertigaan Arco no 12 AB jl raya keadilan - Rangkapan jaya Baru - Depok 16434 (Google map : toko buku Ahlul Bait )
Pemesanan online di
Hp : 085324521168
BB : 54CBB54D
email : tokobukuahlulbait.net@gmail.com
website: www.tokobukuahlulbait.net
|